Entri Populer

Jumat, 10 Juni 2011

Band Thrash Metal SBY Merilis Album Perdana

SBY prihatin karena umat manusia sedang berada di bawah kutukan. Maka akhirnya SBY meluncurkan album pada akhir pekan lalu di sebuah kafe sempit yang letaknya tak jauh dari Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut, Jakarta.

SBY dimaksud bukanlah Presiden RI sejak tahun 2004. SBY ini adalah singkatan dari Social Black Yelling, sebuah band beranggotakan lima anak muda berusia rata-rata 21 tahun yang mengusung langgam thrash metal.

Mankind Under Condemnation—dalam bahasa Indonesia berarti “manusia di bawah kutukan”—menjadi album perdana Social Black Yelling setelah memperkenalkan diri pada scene musik bawah tanah lokal sejak tahun 2007.

“Album Mankind Under Condemnation itu ceritanya tentang tragedi Trisakti hanya saja tidak secara spesifik kita bicarakan. Jadi Mankind Under Condemnation ini menggambarkan bahwa umat manusia tidak sedang baik-baik saja dan sebenarnya dunia ini jahat,” kata gitaris Social Black Yelling, Muhammad Hanifan Bintang atau biasa disapa dengan nama Boni, yang saat ini masih menjadi mahasiswa dari Universitas Trisakti.

Tema ketidakadilan yang mereka angkat dengan tragedi Trisakti sebagai ikonnya itu pun terilustrasikan pada sampul album. Kawasan Grogol yang identik dengan kampus tersebut digambarkan hancur lebur dalam idiom kartun sederhana, lengkap dengan papan petunjuk jalan ke arah Slipi yang roboh menimpa sebuah mobil. Sementara, orang-orang diilustrasikan telah berubah menjadi zombi.

Vokalis M. Fardhani Ismail, atau biasa dipanggil Bucay, yang menulis semua lirik di dalam album ini mengaku memang memiliki ketertarikan pada isu-isu sosial politik. “Nama band kami saja Social Black Yelling. Jadi kami membicarakan soal sosial lah,” kata Bucay.

“Gue melihat di Jakarta banyak orang kaya, tapi kalau elo melihat agak ke pinggir Jakarta itu pasti ada yang [hidup] kekurangan. Gue memang berasal dari kelas yang berada, tapi gue kesal dengan ketidakseimbangan antara yang kaya dan yang miskin di negara ini,” imbuh Bucay.

Maka akhirnya dirilislah album berisi 8 track yang direkam di studio milik Didi Crow [Roxx]. Didi yang bertindak sebagai sound engineer album ini diakui oleh Boni sangat membantu pengerjaan album Mankind Under Condemnation. “Dia banyak memberi masukan saat kami take. Mana yang terdengar enak, mana yang nggak enak,” kata Boni.

Peluncuran album itu berlangsung di kafe Lumbung Padi, Jakarta Selatan. Dibuka oleh penampilan tujuh band lokal yaitu: band industrial Supersucks, band Bogor pengusung power metal Nagantaka, band thash metal dengan empat personel perempuan Lilith Project, band death metal yang digawangi vokalis Daniel [Deadsquad] Abolish Conception, band thrash metal Lucretia, band melodic death metal yang bertenaga Ozryel dan band death metal Catharsis.

Social Black Yelling selaku tuan rumah menjadi pemungkas acara. Mereka membawakan semua lagu dariMankind Under Condemnation dengan performa yang sungguh prima. Tersimak musikalitas mereka bisa disejajarkan dengan band thrash metal revival kelas Wacken semacam Warbringer. Permainan melodi dari tangan duo gitaris Boni dan Mamvaluchi Aryun yang saling bersahut-sahutan pun membuat mereka tidak terlihat seperti masih berusia duapuluhan awal.

Acara malam itu merupakan penampilan terakhir Social Black Yelling bersama pemain drum awal mereka yang juga terlibat dalam pengerjaan album, Arya Sunar Rajab. Bersama Arya, Social Black Yelling memainkan empat lagu. Dan kemudian pada empat lagu terakhir, pemain drum baru mereka Yahya Prabokusumo menggantikan posisi Arya—bagaikan sebuah penyerahan tahta drummer secara simbolik.

Line-up Social Black Yelling terakhir adalah vokalis M. Fardhani Ismail, gitaris Mamvaluchi Aryun dan Muhammad Hanifan Bintang, pemain bass Nizar Hilmi Mazkuri dan pemain drum Yahya Prabokusumo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kirimkan kritik dan saran yang membangun kepada kami ke kerajaancintamanagement@yahoo.com