Entri Populer

Jumat, 29 April 2011

Brutalnya Pesta Rilis Album Band Besok Bubar


“Rock n roll adalah Tuhan. Dan genre-genre yang lain adalah nabi-nabinya,” begitu kata Amar Gill, vokalis dan gitaris band grunge Jakarta, Besok Bubar, di tengah-tengah penampilannya Rabu [27/4] malam di Manchester United Cafe, Sarinah, Jakarta.

Sebelumnya gitaris bertubuh jangkung itu memang sudah meminum beberapa teguk bir di atas panggung, tapi itu tampaknya belum bisa menjadi alasan untuk membuatnya mabuk.

Kata-katanya tadi adalah ucapan yang sadar. Setidaknya ia terlihat cukup sadar untuk menyebutkan satu persatu komunitas-komunitas grunge dari berbagai distrik di Jakarta, maupun luar kota, yang hadir pada peluncuran album kedua Besok Bubar dan mini album band post-grunge Semarang, Screaming School. Bahkan ia tak lupa memberikan penghormatan kepada komunitas punk, serta komunitas screamo yang menjadi fanbase Sweet As Revenge—band pembuka acara.

Ucapan Amar itu serupa dengan jargon “piss”-nya Slank, yang bertujuan untuk menumbuhkan perasaan sejajar di dada para penonton meski berasal dari golongan [dalam konteks malam itu genre musik] yang berbeda, agar tidak terjadi pertempuran tak berguna.

Meski demikian, jangan lantas membayangkan acara malam itu menjadi kekurangan tensi. Sebaliknya, brutal adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan apa yang terjadi di sana malam itu.

Tak perlu membayangkan tragedi Cikeusik saat mendengar kata “brutal” tadi. Tapi bayangkanlah—atau silakan tengok kembali lewat Youtube—video klip “Smells Like Teen Spirit”-nya Nirvana.

Sekumpulan anak muda kelebihan energi saling melakukan slam dance ke tubuh yang lainnya. Melakukan body surfing bahkan stage diving, tanpa peduli hari esok dan melupakan resiko mematahkan tulang. Seperti itulah apa yang terjadi di MU Cafe, bahkan sejak band pembuka, Sweet As Revenge, tampil.

Sweet As Revenge memiliki fanbase yang loyal. Sedikitnya ada dua hal yang memperlihatkan itu.

Pertama, seperti yang sempat disinggung, terlihat dari respon penonton. Nyaris sepanjang penampilan bisa terlihat penonton bergantian melakukan body surfing dan ikut menyanyi bersama vokalis Dinand. Kecuali pada lagu cover “Firework” milik Katy Perry. Penonton tampak agak canggung untuk merespon beat-beat drum yang terdengar seperti musik disko atau new wave itu.

Dan yang kedua adalah ketika terlihat Sweet As Revenge turun dari panggung. Penonton yang tadinya menyesaki area depan stage itu langsung cair dan menyebar entah kemana.

Sayangnya, mereka tidak kembali lagi ketika Screaming School sudah mulai menghentak dengan “Room to Breathe” dari mini album pertama mereka, Regresi (2009). Padahal setlist mereka malam itu terdiri dari lagu-lagu yang kebanyakan diambil dari mini album kedua mereka Schubart B Minor, yang notabene rata-rata upbeat dan tidak ada yang se-gloomy “Vanished” dari album mini pertama.

Satu-satunya lagu yang direspon dengan cukup baik oleh penonton adalah “Love Buzz” milik Robbie van Leeuwen yang direkam oleh Nirvana untuk Bleach (1989). Saat itulah penonton mulai terlihat kembali hidup lagi.

Hal ini bisa dimaklumi karena Jakarta jelas bukan—atau setidaknya belum menjadi—wilayah kekuasaan Screaming School. Namun, kini mereka telah mendapatkan pengetahuan bahwasanya bukan hanya di Semarang saja Nirvana masih menjadi sesuatu yang kultus bagi anak-anak grunge.

“Kalau di Semarang scene grungenya masih terpaku sama Nirvana. Itu yang membuat scene grunge itu sendiri stangnan dan tidak berkembang,” kata Jonet Arjuna, vokalis dan gitaris kidal Screaming School, kepada Rolling Stone usai pentas.

Sebelum Besok Bubar tampil sempat diputarkan video klip lagu “Besok Mati”, lagu dari album terbaru mereka, garapan sutradara Diego Soryandana. Video klip yang diakui oleh sang sutradara hanya memakan waktu satu hari dengan kamera Canon EOS 5D itu terlihat digarap secara baik.

Sebagai yang punya hajat, Besok Bubar tentu saja mendapatkan porsi waktu terbanyak. Sedikitnya 10 lagu dibawakan oleh Amar Gill [vokal/gitar], Egi [bass], dan Andri [drum] dengan memadukan lagu-lagu dari album pertama yang dirilis secara independen awal 2010 lalu, Cuci Otak The Album, dan album kedua yang kini dirilis oleh Paviliun Records. Termasuk single “Coklat” yang sudah bisa diunduh secara gratis lewat situs BesokBubar.com.

Tidak usah ditanya lagi bagaimana respon penonton. Aksi stage diving terus menerus berlangsung sepanjang Besok Bubar menggeber lagu-lagunya dengan gahar.

Besok Bubar juga sempat mendaulat dua personel Respito, Daff [gitaris] dan Pheps [vokalis] untuk tampil bersama. Selain membawakan lagu sendiri, Besok Bubar juga membawakan beberapa lagu band lain—di antaranya adalah “Bersama Kita Menangis” milik Slank yang jika kita cermati memang mengandung unsur grunge, “Last Kiss” milik Pearl Jam yang dibawakan secara ugal-ugalan, serta “Negative Creep” milik nabi mereka Nirvana.

Sebagai lagu penutup, Besok Bubar membawakan lagu andalan mereka dari album pertama, “Pahlawan Bertopeng”, yang memiliki satu bagian di mana para penonton bisa meneriakkan sebuah kata umpatan yang ditujukan bagi para teroris secara bersama-sama: “Anjing!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kirimkan kritik dan saran yang membangun kepada kami ke kerajaancintamanagement@yahoo.com